2022 dan Seluruh Energinya

/
0 Comments

 


Dua ribu dua puluh dua...

Masih sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Hidup nyatanya tentang perjuangan dan survive untuk tetap waras dan hidup. Bagaimana kita mengupayakan itu semua lah yang jadi tolok ukur perbedaan dari tahun ke tahun. Tahun lalu apa yang jadi prioritas, tahun ini bisa saja berubah. Tahun lalu mengejar ingin masuk universitas terbaik, tahun ini orientasinya “bagaimana mendapatkan IPK tinggi?”. Jangankan 365 hari, bergantinya detik pun bisa saja mengubah prioritas yang ada dalam kehidupan. Tahun lalu mengejar ingin cepat lulus dan wisuda, tahun ini sedang ikhtiar menjalani amanah dari atasan.

Tahun ini, bagi saya pribadi banyak sekali hal yang sudah mengubah cara pandang serta membuat diri ini semakin bijak dalam memandang suatu hal. Lingkungan positif, kawan-kawan yang menyenangkan, keluarga yang hangat... Alhamdulillah tahun ini saya masih merasakan itu semua.

Soal Lintasan dan Garis Finish

Lintasan kehidupan tentu masih panjang. Sampai di titik ini, sangat wajar jika masih terus-menerus merasa belum mencapai garis finish. Lintasan ini tidak ditakdirkan untuk itu kok. Kembali diingatkan lagi dengan pepatah “Kita bukan sebagai pelari yang harus cepat-cepat mencapai garis finish di dalam kehidupan kita.” Tiap insan punya lintasannya masing-masing, dan bukan garis finish yang menjadi titik akhirnya. Tidak ada ujungnya, kita hanya diamanahkan untuk menapaki serta memaknai satu persatu langkah kita di jalur lintasan ini.

Perihal Usia

Makin kesini, makin paham kalau usia memang bukan takaran seorang untuk menjadi dewasa dan bijaksana. Ada satu hal yang selalu dan nampaknya masih mutlak jadi takaran tingkat kedewasaan seseorang, yakni status menikah. Semakin bertambahnya usia harusnya semakin dewasa dan semakin mantap untuk berkomitmen dengan seseorang. Usia 20 tahun menikah, usia 22 sudah punya anak 1, usia 28 masih melajang, usia 35 sudah menduda. Beda usia, beda pencapaian, beda persprektif, pun beda ghibahan dari tetangga. Perihal status itu, sampai sekarang pun saya masih mengimani usia bukanlah menjadi takarannya, tapi lingkungan tidak berpihak nampaknya. Hal yang selalu memekakkan telinga bagi rerata usia 23 ke atas, huft. Tapi mau bagaimana lagi? Dengarkan saja. Saya bahas ini karena hal ini begitu santer di telinga, hampir setiap hari sepertinya?!

Soal Resolusi

Akhir tahun, tepatnya di hari ulang tahun saya, selalu saya sempatkan untuk merenung resolusi apa saja di awal tahun yang sudah tercapai dan belum tercapai. Akankah menjadi resolusi untuk tahun depan atau terhenti saja karena memang sudah tidak ada upaya untuk mewujudkannya? Resolusi juga bukan hal yang fardhu ‘ain, tapi bagi saya resolusi ini perlu. Oleh karenanya, tiap tahun saya berusaha untuk mengarsipkan apa yang saya rasakan dengan menulis disini, saya jadikan sebagai bahan renengunan hihi. Bertahan dengan dunia yang makin jenaka ini memang nggak mudah guys, yokk bisa semangatt (toxic positivity mode: on).

Oh iya, ini ada lagu terbaik buat kamu yang sedang berada di dalam fase mengevaluasi dan merancang resolusi, Kunto Aji ft. Nadin Amizah-Selaras! Dengerin kalo mau tidur deh. Kalo nangis, saya nggak tanggung jawab sih tapi haha.

Terakhir, di malam ini.. di penghujung tahun ini, rasa-rasanya sangat relate mendengarkan lagu Juicy Luicy-Tak Terbaca wabil khusus bagi kaum-kaum NT. Terima kasih sudah berjuang. Kamu sudah tau dia bahagia dengan pilihannya, jangan memaksa untuk berjuang lagi ya. Kamu berhak mendapatkan yang jauh lebih baik dan pantas yang nggak bikin kamu NT lagii!

Mendengar cerita, kau kini bahagia

Ku hanya bisa tersenyum mendengarnya

Di dalam terluka, di luar tak terbaca

Memendam kecewa, kau senang disana




Baca Juga Nih

No comments:

Komentar dan saranmu akan bermanfaat untukku 😊

Powered by Blogger.