(Setelah satu bulan lebih tidak berkunjung..)
Sebelumnya, saya mau bilang terimakasih dulu teruntuk 50 teman responden dari snapgram saya yang mungkin bisa saja bagi kalian hanya dilewati saja snapgram itu tanpa perlu ngeklik pollingnya ahahaha. Semoga gerakan tangan kalian itu bisa menjadi pahala karena sudah membuat amal senang :D Jadi, isi polling kemarin malam itu saya tanya begini, “Mana yang lebih baik?” (antara AMBISI dan OBSESI). Dan hasilnya, 84% responden memilih AMBISI yang lebih baik daripada OBSESI (16%). Emang apa sih AMBISI dan OBSESI itu? Coba kita telaah bersama eaaak...
Ambisi dan obsesi selalu dikaitkan dengan upaya, harapan, dan keinginan. Kebanyakan dari kita masih menganggap dua kata tersebut saling bersinonim. Ambisi=Obsesi, Obsesi=Ambisi. Tetapi, harus diketahui bahwa ambisi dan obsesi mempunyai sudut pandang arti yang berbeda. Menurut KBBI, ambisi adalah keinginan (hasrat, nafsu) yang besar untuk menjadi (memperoleh, mencapai) sesuatu, sedangkan obsesi adalah gangguan jiwa berupa pikiran yang selalu menggoda seseorang dan sangat sukar dihilangkan. Nah, dari dua pengertian tersebut jelas tampak bahwa ambisi dan obsesi berbeda. Ambisi lebih terlihat sebagai perilaku positif, sedangkan obsesi cenderung negatif.
“Setiap yang berlebihan pasti akan menimbulkan keburukan”. Ini pun berlaku bagi orang yang mempunyai ambisi dan obsesi yang berlebihan, yakni akan mengakibatkan keburukan di kemudiannya. Ambisi yang berlebihan dengan diikuti rasa emosional yang tinggi akan bisa pula menjadi obsesi. Orang yang berambisi maupun berobsesi banyak sekali kita temui dalam kehidupan nyata. Dalam dunia akademik, karir, agama, politik, dan masih banyak lagi. Semua itu muaranya hanya satu, yakni pada tujuan tertentu yang ingin dicapai. Saat sangat mengupayakan suatu hal dengan cara yang matang, ini bisa kita sebut berambisi. . Saat sangat mengupayakan suatu hal dengan cara yang tidak diperhitungkan dan dibarengi dengan emosional, ini bisa dikatakan berobsesi. Berambisi lebih bisa mengontrol diri saat usahanya dirasa gagal, namun obsesi tidak demikian. Ketika gagal, seorang yang obsesif kurang bisa mengontrol diri, sampai pada kemungkinan terburuknya yakni depresi, setress, gangguan jiwa. Yang akan repot juga kan orang-orang sekitar kita kalo udah gitu. Sifat yang obsesif itu lebih baik kita hindari.
Kadang juga kalo ada temen yang niat banget, pengen banget tujuannya tercapai, suka mengupayakan segala hal dengan kemampuan dan kesanggupan yang maksimal, kita suka ngatain dia, “Ih kamu ambis banget ya”. Pernah denger kan ada yang bilang gitu? Atau malah kata-kata itu ditujukan ke kamu? :p Bagaimana pandangan kalian tentang orang yang ambis? Ada yang suka berkomentar, “Hidupnya nggak nyantai” “Maksa banget” “Nggak woles” “Egois sekali” dan lain sebagainya. Kalo diliat-liat nih, seorang yang ambis biasanya nggak disukain sama temennya. Dengan berbagai macam alasan yang masuk akal. Kalo saya pribadi, saya kurang suka dengan orang yang ambis karena emang biasanya dalam mencapai suatu yang diinginkannya itu maksain banget. Bagi saya, bolehlah kita itu ambis, ambis yang pada tempatnya. Dan kebanyakan dari teman-teman, belum meletakkan sifat ambisiusnya itu secara tepat. Jatohnya, ya nggak disenengin sama temen-temennya deh. Ini masih ambisi, belum lagi kalo ada niat berobsesi kan, semakin ngeri. Jadi, untuk temen-temen, hindari ya berobsesi atau berambisi yang berlebihan..
Menurut psikolog Tika Bisono, “Ambisi itu sesuatu yang baik, setiap orang harus memilikinya. Karena ambisi merupakan cita-cita atau apa yang ingin dituju atau roh seorang manusia untuk survive dalam hidupnya. Kalau orang tidak memiliki ambisi, berarti dia tidak mengisi kehidupannya”. Saya sangat setuju dengan pernyataan ini. Tiap dari diri kita perlu untuk berambisi. Berambisi dalam kebaikan. Bayangkan saja jika seseorang sama sekali tidak berambisi dalam hidupnya. Sungguh, hidupnya seperti tidak ada upaya dan kerja kerasnya. Nggak pernah greget gitu hidupnya, hambar tiada rasa. Hidup ini bagaikan kompetisi. Layaknya kompetisi pada umumnya, hidup juga ada yang menang dan ada yang kalah. Apa yang mau kita capai, ya harus kita usahakan. Supaya apa? Ya supaya menang :)) “Berlomba-lombalah kamu dalam kebaikan”, dalil ini secara tersirat juga memerintahkan kita, dalam berkompetisi kita memerlukan adanya ambisi. Ambisi menjadi sarana perwujudan untuk mencapai tujuan yang akan dituju. Dengan adanya ambisi, seseorang akan semakin terpacu, semangat, dan terdorong untuk melakukan hal yang akan dicapai dengan cara-cara yang telah ia pikirkan secara matang. Misal dalam contoh konkretnya begini: Seorang mahasiswa ingin membahagiakan orang tuanya dengan cara dia bercita-cita ingin lulus 3,5 tahun dan mendapatkan predikat cumlaude. Saat yang diniatkan bukan hanya sekedar niat, dalam artian ia melakukan action, “Talk less, do more!” dia pasti sudah pasang strategi bagaimana cara mencapai keinginannya tersebut. Dengan rutin belajar, semua nilai harus dapat minimal AB, tugas selalu dikerjakan dengan maksimal, dan banyak cara lainnya. Di dalam contoh ini, dia sedang bersaing. Bersaing dengan siapa? Dengan sisi lain dari dirinya yang tidak menginginkan keinginannya itu tercapai (maksudnya: sisi saat dia yang malas, dia yang pesimis, dia yang tidak bersemangat).  Kalo dia berhasil mencapai keinginannya, berarti ambisi dia menang dari sisi buruknya dia. Semoga temen-temen paham maksud dari cerita saya ini ahahahaha..
Jadi, sebetulnya mana yang lebih baik antara AMBISI dan OBSESI? Yang lebih baik adalah ambisi (dalam kebaikan). Bagaimana caranya? Bijaklah dalam berambisi.
1.      Pasang target atau tujuan setinggi mungkin
2.      Sesuaikan target dengan kemampuan yang kita miliki. Jangan terlalu maksain ya
3.      Perbaiki diri dan terus berupaya semaksimal mungkin
4.      Jangan lupa, tetap berdoa semoga apa yang kita targetkan diridhoi oleh Allah sehingga jalan menuju target itu lebih dimudahkan
5.      Kalo targetnya tercapai, banyak-banyak bersyukur. Jangan sombong. Kamu tanpa bantuan Allah nggak ada apa-apanya :)
6.      Kalo targetnya tidak tercapai, tetap bersyukur. Karena Allah sudah menjanjikan suatu hal yang lebih baik. Dan jangan menyesal, bilang sama diri sendiri “Aku sudah melakukan yang terbaik. Inilah batas kemampuanku”
Mungkin hanya itu yang bisa saya tuliskan. Terimakasih yang sudah mau-maunya membaca sampai habiiss. Semoga ada pelajaran yang didapat setelah baca tulisan ini kan, huehehe. Kalo ndak dapet pelajaran, ya setidaknya beberapa menitmu itu cukup bermanfaat, daripada stalking doi yang bikin sakit hati :p Maaf ya kalo tulisan ini belum sempurna, karena yang Maha Sempurna hanyalah Allah semata, saya hanya makhluknya yang fakir ilmu dan penuh dosa. Semoga kita semua menjadi insan yang dapat meneladani akhlak Nabi Muhammad. SEMANGAT BERAMBISI TANPA BEROBSESI YA TEMAN-TEMAN! ^-^)9
Powered by Blogger.