Dalam hadist dari Abu Hurairah Radhiyallahu Anhu, dimana Ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Awal bulan Ramadhan adalah Rahmah, pertengahannya Maghfirah (pengampunan) dan akhirnya Itqun Minan Nar (pembebasan dari api neraka)”

Tidak terasa hari berganti hari, kini kita telah memasuki fase 10 hari kedua di bulan suci Ramadhan😏 10 hari pertama sudah kita lewati pada minggu sebelumnya. 10 hari pertama merupakan rahmat. Pada awal Ramadhan kita semua berada di fase masih beradaptasi dan menyesuaikan dengan harus bangun jam 3 pagi untuk sahur, tidak tidur lagi selepas sholat shubuh takut kesiangan berangkat kuliah, menahan haus dan lapar dengan kesibukan yang begitu padat, menahan amarah sepanjang hari, ngabuburit menjelang berbuka, sholat tarawih berjamaah di masjid komplek, dan kegiatan-kegiatan lain yang hanya ada di bulan Ramadhan.

Saya yakin terasa sangat berat dilaksanakan bagi kita yang tidak terbiasa melakukannya. Maka dari itu, 10 hari pertama bulan Ramadhan ialah rahmat bagi hamba-Nya yang bisa menjalankan dengan penuh kesabaran dan keikhlasan.

Teman-temanku yang berbahagia, 10 hari kedua di bulan Ramadhan ini merupakan fase pengampunan. Allah akan menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya yang bersungguh-sungguh menjalankan ibadahnya, insyaAllah. Di fase ini teman-teman mungkin sudah mulai terbiasa ya menyesuaikan dengan rutinitas baru. Yang sebelumnya di 10 hari pertama sering telat sahurnya atau bahkan tidak bangun sahur, pada fase kedua ini sudah mulai terbiasa reflek gitu bangun waktu denger alarm HP atau denger alarm alami dari bunda, sudah mulai terbiasa ketika kesal kita mengucapkan kalimat thoyibah bukan lagi meso-meso ndak jelas, udah nggak sering lemes dan males-malesan terus di kasur, dan masih banyak lagii..

Di fase ini, kita dapat memanfaatkannya dengan selalu dan setiap saat memohon ampun pada Allah atas dosa-dosa yang kita perbuat. Kita tidak tau seberapa banyak dosa kita, tentunya banyak. Jangan sia-siakan kesempatan ini untuk meminta ampun dan memohon agar Allah menghapuskan dosa-dosa kita. Lebih baik lagi kita tidak lupa memohonkan ampun atas dosa orang tua kita, keluarga, saudara dan teman-teman kita. Tidak ada ruginya kita memohonkan ampun atas dosa orang lain. Ingat janji Allah, kebaikan kita akan digantikan pula dengan kebaikan. Apalagi sekarang bulan Ramadhan. InsyaAllah kebaikan sekecil apa pun akan tetap diganti bahkan dilipatgandakan, aamiiin..

Yang terakhir, 10 hari ketiga di bulan Ramadhan merupakan fase pembebasan dari siksa neraka. Masjid mulai sepi, shaf sholat berjamaah semakin maju, tempat perbelanjaan semakin ramai, tadarus mulai longgar. Ya, itu fenomenanya. Di tiap tahunnya bisa kita lihat sendiri bahkan kita sekalipun turut berperan, astaghfirullah. Padahal seharusnya, kita lebih giat lagi untuk beribadah karena bulan Ramadhan hampir meninggalkan kita. Di samping itu, Allah juga telah menjanjikan akan memberi malam yang istimewa yakni lailatul qodar (malam yang mulianya lebih dari mulianya seribu bulan). Bagi hamba-Nya yang istiqomah ibadahnya, mengencangkan sabuk keimanan dan ketaqwaan, insyaAllah akan dihindarkan dari siksa neraka dan mendapatkan keberkahan lailatul qodar. Semoga kita termasuk bagian dari golongan tersebut, aamiiin...


Allâhumma bârik lanâ fî rajaba wasya‘bâna waballighnâ ramadlânâ” (artinya: Ya Allah, berkahilah kami pada bulan Rajab dan bulan Sya’ban dan pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan). Dari bulan Rajab hingga Sya’ban, sering nggak sih kita denger doa ini dari langgar, mushola, atau masjid? Bisa tidak teman-teman memaknai dan meresapi isi doa tersebut? Sangat dalam😢 “... pertemukanlah kami dengan bulan Ramadhan”. Setelah kita disampaikan pada bulan Ramadhan, lalu apa? Doa minta dipertemukan lagi sama bulan Ramadhan jauh-jauh hari. Saat bulan Ramadhan: Ibadah kita tidak meningkat, sama seperti bulan-bulan sebelumnya. Padahal kita sendiri sudah tau fadhilah bulan Ramadhan. Begitukah? Jangan...

Kita tidak akan pernah tau sampai kapan kita berada di dunia yang fana dan sementara ini. Mungkin Ramadhan tahun ini kita masih bisa berpuasa, buka bersama dengan keluarga dan teman-teman, sholat tarawih berjamaah, tadarus di masjid, dan lain sebagainya. Namun, siapa yang bisa menjamin bahwa kegiatan tersebut dapat kita ulangi lagi tahun depan?  Diantara kita tidak ada yang tau apa yang akan terjadi di kemudian hari. Jangankan Ramadhan tahun depan, satu menit yang akan datang pun kita masih tidak bisa meraba apa yang akan terjadi sesuai kehendak Allah.

Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya dan bekerjalah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati esok hari

Mengapa muncul ungkapan demikian? Semangat bekerja akan tumbuh bila kita merasa punya umur yang panjang. Waktu yang akan dihabiskan banyak dan kita masih bisa mau melakukan apa saja sesuai kemauan kita. Sedangkan jika kita merasa bahwa besok ajal telah menjemput, maka dapat dipastikan kita memanfaatkan sisa waktu yang ada sebaik mungkin.

Sekarang pertanyaannya, masihkan teman-teman bermalas-malasan beribadah di bulan yang penuh berkah ini? Yuk beribadah dengan khidmat seolah-olah ini menjadi Ramadhan terakhir kita. Sholat kita, puasa kita, ngaji kita, sedekah kita, dan ibadah yang lain adalah untuk diri kita sendiri. Allah tidak perlu itu, kita yang perlu. Masih ada kiranya tiga minggu waktu kita berlomba-lomba dalam kebaikan di bulan yang penuh rahmat dan ampunan ini.

Jangan ragu, yuk sama-sama isi ulang iman dan taqwa kita. Tulisan kali ini bukan untuk menggurui, tetapi untuk bahan renungan saya dan teman-teman yang mau-maunya membaca yaa. Kita disini saling mengingatkan saja, bila saya ada kesalahan mohon dikoreksi. Teman-teman boleh kok tulis di kolom komentar yang tersedia di bawah. Tetap semangat teman-teman. Semoga Allah meridhoi seluruh ibadah kita di bulan Ramadhan tahun ini!!  😉

Powered by Blogger.