Assalamualaikum Lur,

Sore harinya, jam 14.00 Saya berangkat menuju Stadion Kanjuruhan. Banyak Aremania dan Aremanita di sepanjang daerah Kepanjen  yg mau ke stadion juga. Sampainya di Stadion Kanjuruhan itu kira-kira pukul 15.45. Di sana, kami (saya, ibu, budhe, dan ayah saya) membeli cenderamata. Oh iya, ayah saya itu tiba di Malang kira-kira pukul 12.00 siang.
Padahal itu masih jam 4an, tapi antrean tiket untuk kelas ekonomi maupun VIP & VVIP udah ruame…

Saat di loket, kita wajib memperlihatkan tiket yg kita bawa, di Kanjuruhan sekarang menggunakan tiket gelang. Oh iya Lur, kalo bawa minuman yg pake botol, sebelum masuk harus diganti menggunakan plastik. Hal ini bertujuan agar sepanjang pertandingan suporter nggak ngelempar botol ke lapangan. Lamanya saya menanti bersama ayah di Stadion, tepat pukul 17.30 tim & official Sriwijaya FC tiba di Stadion Kanjuruhan. Pukul 18.20nya, semua pemain baik dari klub Arema mau pun Sriwijaya FC memasuki lapangan untuk ujin lapangan. 25 menit sebelum kick off, kedua tim masuk ke locker room untuk mempersiapkan semua sebelum pertandingan di mulai.

Dan tibalah pukul  7 malam. Kedua tim memasuki lapangan, Aremania dan Aremanita mengangkat syalnya, menyanyikan yel-yel, dan menghidupkan senter bergantian bag kunang-kunang di malam hari, sangat indah malam itu. Tapi yg saya sedihkan hari itu adalah, Sriwijaya FC kalah telak (4-1). Goal oleh Arema: Beto (2) Gonzalez (2) dan SFC: Hilton (1). Yang lebih sakit lagi para Aremania meneriakkan “BANTAI PALEMBANG”. Oke, saya rasa tindakan itu sebatas buat menciutkan nyali para pemain Sriwijaya FC. Memang, jika secara penguasaan bola, Arema sudah pasti lebih unggul. Jelas aja, mana mau Arema dipermalukan di kandang sendiri kalo pemainnya all star. Musim lalu, Sriwijaya FC menang telak di kandang Arema (5-1). Sayangnya, saya musim lalu belum dikasih kesempatan ngeliat ke Kanjuruhan... :') 

Oh iya,waktu itu, saya melihat Ahmad Bustomi dan keluarga duduk di tribun VVIP paling atas. Singkat  cerita ya, saya pulang usai pertandingan kira-kira pukul 21.00. dan keluar dari Stadionnya itu kira-kira pukul 21.30, karena muacet, sekian cerita dari saya, tunggu pengalaman menarik saya di lain hari, doakan juga ye Lur, awak galak ke Palembang, amiin
Wassalam…

The End


Assalamualaikum Lur, sampe saat ini saya masih ngerasa seperti mimpi. Tau kenapa? Minggu tgl. 24 Februari 2013 sekitar pukul 08.30 pagi saya bertemu dengan pemain lini tengah andalan Sriwijaya FC, Ponaryo Astaman di Regent Park Hotel, Malang. Ceritanya itu……

Pada hari Sabtu 23 Februari, saya meliburkan diri. Pukul 14.00, saya berangkat ke Kota Malang. Sebelum ke Malang, saya sowan dulu ke rumah yangti saya di Jln. Kertanegara, Jember. Cukup lama memang, pada pukul 16.00 saya berangkat. Ternyata, sampai di Malang pukul 23.30. Sampainya, kami (saya, ibu, dan budhe saya)  belum tahu akan bermalam dimana. Saat berada di jalan, saya melihat Hotel Regent, dan seketika saya kaget. Karena Allah memberikan keberuntungan bagi saya, saya bermalam di Trio Indah I, dan jaraknya hanya 10 langkah dari Regent Park Hotel :D

Keesokan harinya, saya bangun labih pagi dari pada ibu dan budhe saya. Tepat pukul 07.30, saya makan pagi di penginapan. Setelah makan pagi, kami packing untuk check out dari penginapan. Pada pukul  08.30, kami berjalan menuju Regent Park Hotel. Sebelum masuk, kami minta ijin pada petugas yang yang menjaga.

Ibu saya: Mas, di sini betul hotel yg dibuat skuad Sriwijaya FC?
Petugas: Iya, betul buk, sekitar 5 menit yg lalu mereka latian kecil-kecilan di luar hotel.
(Saya dalam hati ada rasa penyesalan, mengapa saya tidak berangkat lebih awal)
Ibu saya: Kalo masuk boleh nggak, Mas? Saya dateng jauh-jauh dari Jember, ini (nunjuk  saya) ingin bertemu dg Ponaryo Astaman.
Petugas: Boleh buk, tapi Anda harus ijin dengan Resepsionis.

Setelah diijinkan masuk, saya mendadak ngefly. Gimana nggak, Wong di restaurantnya itu banyak pemain Sriwijaya FC. Tapi yang paling jelas terlihat itu Ahmad Jufriyanto, Imanuel Padwa, Sultan Samma, Fandy Mochtar, Taufik Kasrun, dan Mahyadi Panggabean. Nggak ketinggalaan juga saya melihat Coach Kas Hartadi dan keluarga..

Ibu saya: Mbak, bisa bertemu dg pemain Sriwijaya, Ponaryo Astaman?
Petugas: Sudah ada janji, Buk?
Ibu saya: Belom mbak, kami ini dari Jember.
Petugas: Silahkan menunggu Buk, nanti seluruh pemain akan turun untuk breakfast.

Dengan sekujur tubuh dingin saya menunggu Capten Sriwijaya FC. Sekitar 15 menit menunggu, ada dua sosok pemain SFC turun dari tangga, mereka adalah Ponaryo Astaman dan Abdurrahman…

Budhe: Lia, ada Popon, Lia ada Popon
Seketika saya berdiri, dan merasa terkejut, kami langsung mengahmpirinya…

Ibu: Mas Ponaryo, kami dari Jember, ini (nunjuk saya lagi) ngefans sama Mas Ponaryo sama Sriwijaya FC
Ponaryo Astaman: Oh iya (sambil tertawa) Kelas berapa, Dek?
Saya: Kelas delapan (pada saat saya menjawab, Jujur saja, saya sangat malu dan gugup yg mau njawab)
Budhe: Mas, Bang Ferry nggak main ya?
Ponaryo Astaman: Iya, dia lagi cedera, Buk..
Budhe: Mas, ini ada oleh-oleh, dia (nunjuk saya) minta tanda tangannya Mas Ponaryo
Ponaryo Astaman: Iya, namanya siapa, Dek?
Saya: Amalia
(Dan sebenarnya bukan hanya itu saja dialog kami dg Ponaryo, tapi yg saya ingat hanya itu, pokok durasi perbincangan kami sekitar 10 menit lamanya)

 Foto di bawah ini bisa jadi bukti kalo saya itu orangnya nekad banget (Jember-Malang adoh cak…) :))


 


Powered by Blogger.