Aku tahu kita menikah karena dijodohkan. Kamu boleh terpaksa menjalani ini, tapi aku nggak!”-Tari

Wedding Agreement The Series, salah satu series Indonesia bergenre drama-romance yang populer di awal tahun 2022 ini. Di media sosial, baik itu instagram, tiktok, twitter, dll banyak sekali cuplikan-cuplikan atau spoiler alur cerita dari series ini. Dari situlah, orang-orang, utamanya kaum hawa tertarik untuk mengikuti kisah dari series ini.

Saya termasuk salah satu orang yang menanti adanya series ini, dari tahun lalu! Karena saya sendiri di tahun 2019 saat filmnya ditayangkan di bioskop, saya sangat excited untuk nonton dan nggak eman buat keluar duit. Kesan saya terhadap filmnya sangat positif. Sempat juga saya tulis ulasannya disini. Nah berangkat dari penilaian saya terhadap filmnya yang bagus, akhirnya saya penasaran banget dan mengikuti juga seriesnya.

Oke, sebelum kita mulai reviewnya, saya pribadi mau berterima kasih dan mengapresiasi seluruh tim dan crew produksi (Starvision Plus) yang telah menyajikan series yang sangat apik! Jujur, Wedding Agreement The Series ini adalah satu-satunya series Indo yang bener-bener saya mau sabar banget nunggu tiap episodenya karena seminggu hanya sekali tayangnya, durasinya pun hanya kisaran 45-60 menit, hiks. Oh iya, bagi yang mau nonton, jangan tonton yang BAJAKAN ya! Kamu bisa tonton seluruh episode Wedding Agreement The Series di platform streaming Disney+ Hotstar.

Series Adalah Film yang Durasinya Dilamain

Seperti yang sudah dimention di awal, series ini sebenarnya sudah ada versi filmnya yang tayang di tahun 2019, sedangkan filmnya merupakan diadaptasi dari sebuah novel dengan judul yang sama karya Mia Chuz. Para pemeran di series juga tidak banyak yang berubah, malah ada beberapa tambahan peran yang makin menguatkan cerita di dalamnya. Soundtrack dari seriesnya ternyata tetap sama dengan OST filmnya. Dari tahun 2019, lagunya cukup melekat di kepala karena nadanya juga mudah dihafal untuk saya yang buta nada, liriknya juga ringan.

Cinta itu pasti nyata, yang nyata itu rasa cinta...” janji nggak sambil nyanyi waktu baca? Hahaha.

(Foto All Cast Wedding Agreement The Series)

Kisah dimulai dari Bian dan Tari yang menikah karena dijodohkan oleh orang tuanya yang mempunyai kedekatan yang cukup erat. Bian terpaksa harus mengikuti permintaan orang tuanya, utamanya ibunya karena ia ingin membuat hati ibunya yang mengidap penyakit kanker itu senang. Bian sungguh tidak mengharapkan adanya pernikahan ini. Ia punya wanita pujaan hati lain, bernama Sarah dan mereka sudah bertunangan sebelumnya. Bian kemudian membuat perjanjian pernikahan (yang sepihak) dengan Tari. Di dalam perjanjian pernikahan itu tertulis satu tahun adalah masa mereka “berpura-pura” menikah. Setelah satu tahun, Bian akan menceraikan Tari dan akan menikahi Sarah secepatnya.

Kebencian Bian terhadap Tari makin hari semakin menjadi, ia benar-benar tidak menganggap Tari sebagai istri yang tinggal seatap dengannya. Sedangkan Tari, dari awal ia menganggap pernikahannya dengan Bian adalah hal yang begitu sakral dan suci. Ia tidak mau main-main dengan pernikahannya, maka dari itu ia tetap melakukan hal-hal yang sewajarnya istri lakukan untuk suaminya. Karena kesabaran dan ketulusan hati Tari yang ingin membangun rumah tangga yang sakinah mawaddah wa rahmah, lambat laun hati Bian luluh. Tetapi, tidak semudah yang dibangin ya proses luluhnya. Nah, untuk detail ceritanya lebih baik temen-temen nonton sendiri ya.

Dalam seriesnya, kita dapat melihat bahwa “ini tuh versi film yang dipanjangin”. Buat temen-temen yang udah pernah nonton filmnya, pasti di episode-episode awal sering banget menemukan dialog yang sama dengan yang ada di film dulu. Setelah saya rewatch, kisah yang ada film itu hanya sampai pada episode 5. Cuma latarnya sedikit berbeda. Jika dalam film endingnya adalah Bian dan Tari bertemu di MRT dan tidak jadi ke kantor pengadilan agama, namun di seriesnya (di akhir episode 5), Bian dan Tari bertemu di depan kantor pengadilan agama. Selebihnya, dari episode 6 hingga 10 adalah cerita baru yang memuat konflik beragam, bukan hanya konflik rumah tangga dari Bian-Tari saja, tetapi konflik dari peran yang lain juga diperlihatkan dan tidak kalah menariknya. Misalnya saja lika-liku percintaan Kinan (adik Bian) dengan Karli, proses taaruf Ami (sahabat Tari) dengan Agung, dan masih banyak lagi kalo mau diceritain semua ntar spoiler lagi haha.   

Kaum yang TerBian-Bian

Buat yang udah nonton, pasti tiap episode hatinya kek berasa naik roller coaster kan? Kadang dibikin happy waktu liat Bian-Tari sweet, kadang juga dibikin kesel sampe pengen banget nonjok Mas Bian waktu berduaan sama Sarah tanpa sepengetahuan Tari. Udah pasti dibuat gemesshh sendiri kalo ngeliat Mas Bian (eits, Mas Bian apa Refal Hady ya maksudnya?). Menurut saya, Refal Hady di dalam series ini berhasil memerankan perannya dengan sangat baik. Kalo memerankannya kureng kan ya nggak mungkin ada tuh kaum yang terbian-bian, ya nggak?

Mulanya saya seneng sih Refal Hady a.k.a Mas Bian ini cukup sering sliweran di FYP, karena memang selain karakternya yang cukup kerasa kuat banget, dia juga tipe-tipe idaman kaum hawa kan ya secara fisik ya kan? Ibaratnya yaa sarana penyegaran FYP haha. Lagu R.I.P Love atau Angel Baby versi jedag-jedug dengan wajah Mas Bian sepertinya nggak pernah absen ya dari FYP Tiktok, bener nggak sih? Udah bosen belum? Haha. Ke depannya supaya ada selingan, boleh nggak yang lewat Mas Rafa aja wkwk. Tetapi terlepas dari itu semua, yuk apresiasi temen-temen yang udah kreatif banget bikin kontennya, mantull!

Di balik Refal Hady yang berhasil memerankan Mas Bian dengan sangat ciamik, tentu plot alur cerita yang manis ini juga perlu kita apresiasi. Banyakk banget scene yang jujur, bikin saya salting tidak karuan :) Scene Bian-Tari berdua di dapur/ di kamar, berpegangan tangan untuk pertama kali, belanja di supermarket, bikin soto betawi spesial, lagi nonton film, keributan kecil di mobil, gombalan Mas Bian, aduhhh bener-bener kayak nyata dan mudah digapai. Mbak Tari, boleh tukar posisi nggak nih kita? Dan menurut saya, scene-scene inilah yang menghidupkan cerita di series ini. Nggak kebayang kalau Bian bukan diperankan oleh Refal Hady. Akankah seriesnya se-happening ini?

Siapa yang Salah?

Mari kita fokus pada konflik segitiga bermuda milik Tari-Bian-Sarah. Siapa yang salah? Jika menimbang dari sudut pandang wanita yang subjektif, tentu dari awal ya Bian yang bersalah. Jika Bian tidak memberi janji manis kepada Sarah, jika Bian tidak perlu susah-payah membuat perjanjian pernikahan dengan Tari, jika Bian menjalani pernikahan bersama Tari dengan serius, tentu konflik-konflik huru-hara rumah tangga ini tidak akan terjadi (Nggak perlu ada series wedding agreement juga kali ah kalo gini). Tapi intinya, sumbu memang benar-benar ada di Bian.

Sarah sebenarnya sudah berkomitmen tidak akan mengganggu rumah tanggan Bian dan Tari. Tapi, saat Bian hadir dan memberi janji manis dia luluh kembali. Tidak luluh bagaimana, hubungan mereka yang bertahun-tahun hancur begitu saja karena adanya sebuah perjodohan, masak iya jika ada kesempatan kedua untuk membangun hubungan itu lagi Sarah tidak mau mengambilnya? Pikir orang yang cinta mati pasti akan demikian. Scene berdua antara Bian dan Sarah selalu membuat hati jengkel dan panas. Akting Susan Sameh disini juga perlu dipuji sih. Berhasil banget bikin satu Indonesia kesel sama perannya dia. Mana ada di dunia ini yang memihak orang ketiga? Apalagi yang sudah berumah tangga, saya rasa kontra semua sih sama peran si Sarah.

Perlu Season 2 Nggak Sih?

Series yang ditayangkan mulai tanggal 25 Maret hingga 27 Mei 2022 ini hanya menyajikan 10 episode. Pertanyaannya, setelah melihat ending di episode 10, apakah masih perlu ada season 2? Jawaban selanjutnya cukup mengandung spoiler ya, bagi yang belum nonton sampai episode 10, boleh diskip bacanya ya!

Dengan cerita yang begitu detail dengan konflik yang cukup beragam, saya rasa 10 episode sudah sangat cukup hingga pada akhirnya semua konflik udah punya jalan keluarnya masing-masing. Misalnya saja kisah ta’aruf Ami dengan Agung. Berkali-kali Ami ditarik ulur sama Agung, tapi pada akhirnya mereka menikah juga. Bian yang memilih resign dari tempat kerjanya dan pada akhirnya menahan ego dan ambisinya dengan cara mau menerima tawaran ayahnya untuk meneruskan usaha keluarganya. Atau, Kinan dengan Karli yang saya anggap ni orang psikopat betul. Keduanya tidak jadi menikah karena Karli sudah ditangkap oleh pihak berwajib. Nasib Sarah, setelah ia keluar dari trauma atas kepergian Aldi, ia memilih untuk pindah ke Melbourne dan bekerja disana. Hubungan yang buruk dengan ayahnya sudah berakhir karena ia akhirnya mau dijodohkan dengan Salman, lelaki pilihan ayahnya sedari dulu yang ia tolak. Satu lagi, di episode 10 Tari benar-benar tegas memutus perasaan Rafa kepadanya. Ia tidak memberikan kesempatan pada Rafa untuk menghancurkan rumah tangganya dengan Bian.

Kembali pada pertanyaan awal, perlukah ada Season Dua? Oke, let me tell you. Saya agak tertarik dengan judul di episode 10 yang berjudul “Akhir Adalah Permulaan”. Jika sekali baca, rasanya judul ini ingin memancing kita untuk berimajinasi series ini bakal ada kelanjutannya. Tetapi jika tidak ada konflik yang akan dikembangkan, yaa menurut saya memang cukup sampai disini saja, tidak perlu ada season baru. Namun, jika ada konflik yang berkembang sabi lah dibuat season baru. Kalo ada, boleh request dong bapak/ibu PH, tiap minggu 2 episode plis sama durasinya agak dipanjangin hihi.

Selain dari judul episode 10, yang menarik lagi adalah nama baru yang disebut, “Salman”. Di episode terakhir, Ayah Sarah sedikit mendeskripsikan si Salman ini. Salman berada di Melbourne dan ia menjadi imam besar di salah satu masjid disana. Sarah sempat bilang juga jika ia sudah menjalin komunikasi dengan Salman. Ini menarik, sampai episode 10 kita belum tahu kelanjutan hubungan mereka bagaimana. Kemudian, disini ada satu pihak yang masih tersakiti. Ya, tidak lain dan tidak bukan itu Rafa. Karena prinsip Tari yang tidak akan membuka hati untuk pria lain, Rafa harus mundur alon-alon melupakan Tari. Lalu, berlabuh kemanakah hati Rafa? Dua part ini sih yang menurut saya jika memang ada season 2, patut ditambahkan ceritanya. Apalagi Rafa, munculnya baru beberapa episode saja. Jujur, dengan karakter lelaki sholeh yang dibangun oleh Rafa, saya kepo banget sih sama kelanjutannya setelah move on dari Tari.

Saran dan mungkin sekaligus harapan dari saya, kalaupun tidak ada season berikutnya, mungkin masih boleh jika ditambahkan satu episode tambahan yang meng-clear kan dua bagian tadi, hihi. Atau jika memang tidak ada episode tambahan atau season dua, ya mau gimana lagi saya akan berimajinasi sendiri menentukan arah kelanjutan ceritanya. Atau ada hal lain yang udah disiapin oleh Starvision Plus buat penonton setia Wedding Agreement The Series? We never know, kita tunggu aja kali ya!

Tulisan saya kali ini memang murni keinginan saya untuk mengulas series ini, tidak melebih-lebihkan tapi memang penilaian inilah yang bisa saya katakan. Terlepas dari semuanya, series ini sangat layak ditonton. Selain  banyak moral valuenya, cocok juga kok sebagai tontonan bersama orang-orang terkasih. Terima kasih untuk temen-temen yang udah baca sampai akhir! Semoga bisa menghibur di tengah hiruk-pikuk tim yang belom bisa move on dari series ini, hihihi.


Powered by Blogger.