Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, teman-teman sekalian.. Semoga kita selalu senantiasa dalam lindungan-Nya, aamiiin.. ^-^
Dalam pergaulan, kita semua dianjurkan untuk berkomunikasi. Tanpa adanya komunikasi, tidak akan terjalin interaksi. Benar begitu kan? Berkomunikasi itu punya tata cara dan etikanya tersendiri. Baik itu komunikasi langsung maupun tidak langsung. Misal saja:  menggunakan bahasa yang baik dan benar, intonasi yang jelas, susunan kata yang tertata, dan satu lagi yaitu sopan santun dalam beretika. Tulisan maupun lisan kita harus bisa dipertanggungjawabkan. Di Indonesia sendiri, etika dan moral sangat dijunjung tinggi dalam kondisi apa pun.
Kata dosen saya, “Ada 3 kata yang sangat sulit orang-orang ucapkan. Butuh hati yang lapang jika akan mengucapkannya, yaitu: Maaf, tolong, dan terima kasih.” Saya sangat setuju dengan perkataan beliau. Tanpa disadari, orang-orang (termasuk saya) masih sering lupa mengucap 3 kata ini dalam kondisi-kondisi yang sesuai pastinya. Saya menyebutkan 3 kata tersebut bertahta karena memang kata-kata tersebut punya kekuatan tersendiri. Tak banyak pula orang yang dengan mudahnya bisa mengucapkan 3 kata itu di situasi tertentu. Berikut nih akan saya bahas sedikit tentang 3 kata yang sangat bertahta bagi saya.
1.      Maaf
Dari survei kecil-kecilan di akun instagram saya #eaak 43 dari 60 responden mengatakan bahwa mengucapkan kata “Maaf” itu susah. Beragam alasan yang membuat kita susah mengucapkan kata ini, antara lain: tidak mengakui kesalahan, merasa tidak perlu mengucapkannya, atau bahkan gengsi mau ngucapin. Setiap diri kita pasti pernah kan punya salah ke orang lain. Namanya juga manusia, tidak luput dari kesalahan. Penyelesaian setelah berbuat kesalahan pasti macem-macem. Tergantung individu masing-masing. Sebenernya, saat kita berbuat salah pada orang lain, yang orang lain harapkan pada diri kita adalah mengakui kesalahan dulu. Misal nih kita nggak sengaja abis mecahin piring di rumah temen. Pasti harus tanggung jawab ya. Tapi, sebelum tanggung jawab usahakan bilang “Aku minta maaf ya udah mecahin piring kamu” atau “Sorry ya piringnya baru gue pecahin, nggak sengaja”, dan lainnya (yang intinya niatnya sama). Kata-kata tersebut sangat berarti bagi dia yang hatinya telah engkau lukai #nahloh Ucapan itu juga dianggap sebagai bentuk pengakuan salah kalian.
Jika berbuat salah, usahakan langsung menyadari gitu kalo salah tuh. Sebagai bentuk rasa bersalahmu, ucapkan “Maaf” walau sebenernya berat. Iya tau berat. Tapi kan lebih berat rindunya Dilan ke Milea, ahahahaha. Saya sendiri pun kadang masih suka susah gitu bilang maaf walau sebenernya memang saya yang salah. Kaya gimana ya, gengsi gitu loh kalo mau bilang “Maaf ya” Tapi, sebisa mungkin saya hilangkan gengsi itu dan bilang pada diri saya sendiri “Kamu itu salah, kamu harus mengakuinya. Kata-kata maafmu sangat ditunggu olehnya sebagai pengakuan rasa bersalahmu. Jangan gengsi bilang MAAF.” Usai itu, saya lebh siap bilang maaf ke orang yang saya salahi (korban dari kesalahan saya) itu/? Temen-temen mungkin bisa coba cara yang saya lakukan ini. Atau mungkin sudah punya cara lain? Kan beda-beda ya cara menyikapinya per individu. Boleh saja...
Dan bagi orang yang disalahi, hendaknya dapat memaafkan jika ada orang yang berusaha minta maaf atas kesalahannya. Karena, pengakuan bersalah bagi dirinya itu sudah sangat berat sekali. Hargai dia yang sudah berani minta maaf. Dalam al-quran sendiri disebutkan, “Tetapi orang yang bersabar dan memaafkan, sesungguhnya (perbuatan ) yang demikian itu termasuk hal-hal yang diutamakan.” – (QS. Asy-Syura:43). Pemaaf itu hatinya sangat mulia. Walau hatinya telah disakiti, tapi dia tetap bisa menerima. Menjadi pemaaf juga masih sangat sulit untuk kebanyakan dari kita. Sulit untuk bersabar, sulit untuk ikhlas, sulit untuk menerima.
Kita lihat lagi, Allah saja Yaa Ghoffar (Maha Pema’af). Kita hanya sebagai hamba-Nya loh, kenapa harus susah mema’afkan orang lain? Dengan kita beristighfar, Allah sudah mengampuni dosa kita. Hanya dengan satu kata “Astaghfirullah”, Allah itu sudah bisa mengampuni dosa kita, memaafkan kesalahan kita. Nah kita masa’ dengan kaliat “Ma’af ya blablabla panjaaanggg......” masih kurang bisa menerima sih? Mari kita evaluasi diri, mungkin kita masih terlalu egois.
2.      Tolong
17 sisa responden yang tadi tuh sebenernya mengatakan bahwa mengucapkan “Tolong” itu sulit. Saya setuju juga dengan pernyataan ini. Menurut Aristoteles, manusia disebut sebagai zoon politicon. Yang berarti manusia ialah makhluk sosial. Tidak dapat hidup sendiri dan senantiasa membutuhkan bantuan orang lain dalam hidupnya. Seperti yang saya bilang tadi, di Indonesia dari dulu sangat menjunjung tinggi sikap sopan santun. Meminta bantuan atau tolong pun juga ada cara sopan santunnya. Dengan apa? Dengan mengucapkan “Minta Tolong” jika sedang membutuhkan bantuan orang lain.
Masih banyak saya temui teman-teman yang saat membutuhkan bantuan tetapi dia lupa sebelumnya mengucapkan kata “Tolong”. Dan bagi saya, menurut saya, ketika ada orang yang membutuhkan bantuan tapi sebelumnya lupa mengucapkan atau bahkan sengaja tidak mengucapkan “Tolong” itu termasuk orang yang kurang bisa menghargai orang lain. Misal ya bilang ke temennya nih, “Eh ambilkan minumku lah” “Eh panggilkan si A dong” “Eh fotokan tugasmu lah”. Coba kata-kata yang bercetak tebal itu termasuk dalam verba apa hayo? Ahahahaha Seperti kalimat imperatif tapi nggak ada tanda serunya aja ya. Kalimat imperatif sendiri adalah kalimat perintah atau ajakan. Dan contoh kalimat di atas adalah kalimat imperatif transitif. (mohon dikoreksi ya teman-teman kalo ada yang salah) Kalo saya artikan, kalimat perintah yang emang perintah gitu. Terkesan seperti menyuruh. Memang tidak ada yang salah, tapi... alangkah baiknya ketika meminta bantuan seseorang kita menggunakan bahasa yang santun. “Minta tolong ambilkan minumku lah” “Tolong panggilkan si A dong” “Eh tolong fotokan tugasmu”. Yang mendengar, yang membaca akan terasa jauh lebih enak gitu kan? Lebih merasa dihargai.
Beragam juga kita temui karakter orang-orang yang dimintai bantuan oleh kita. Karakter pertama, kadang ada kan orang yang dimintai bantuan kalo tidak make kata “Tolong” itu dia cukup tersinggung, “Lah kamu siapa emang kok enak banget nyuruh-nyuruh?” tapi kata itu tidak dia ucapkan. Dia lebih memilih diam. Dan ujung-ujungnya bantuannya dia itu tidak ikhlas ke kita. Karakter kedua, orang yang dimintai bantuan ini masa bodo, terserah mau kita bilang tolong dulu apa nggak, dianya tetep ikhlas dan niat membantu kita. Saran saya, sebagai pihak yang membutuhkan bantuan, sebaiknya kita menganggap orang-orang tuh seperti yang karakter pertama. Dengan begitu, kita akan terbiasa menggunakan kata “tolong” saat membutuhkan bantuan. Ingat, tanpa perlu kita melihat siapa yang akan kita mintai tolong ya. Semua orang tanpa terkecuali dengan perlakuan yang sama :)
Dalil dalam al-quran berbunyi, “....Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan.” – (Q.S. Al-Maidah:5). Apa makna dari dalil tersebut? Kita sebagai makhluk sosial dianjurkan untuk saling tolong-menolong, saling gotong royong, bahu-membahu. Saat ada orang yang membutuhkan bantuan kita, hendaknya kita membantunya, semampu dan sebisa kita. Dalam menolong sesama, hendaknya kita harus ikhlas. Bukan mengharap imbalan tetapi mengharap ridho-Nya. Mungkin sekarang orang lain yang membutuhkan bantuan kita. Kedepannya kita kan juga nggak tahu, mungkin saja kita yang membutuhkan bantuan mereka :)
3.      Terima Kasih
Kata yang terakhir ini masih sering kita dengarkan dalam kegiatan sehari-hari. Dari tiga kata tersebut di atas, kata ini yang paling mudah diucapkan (menurut saya ini ya, terserah bagaimana menurut temen-temen, boleh berbeda pendapat).  Kata ini sering kali diucapkan usai kita menerima sesuatu. Misal habis diberi hadiah sama temen, “Terima kasih yaaa”. Anak kecil yang habis dikasih permen sama ibunya, “Bilang apa, Nak?” anak kecil itu spontan menjawab, “Makaciih” maapkeun agak dicelat-celatin ni. Atau juga usai kita dibantu, diberi informasi oleh orang lain. “Makasih ya udah bantuin ngerjain tugas.” “Terima kasih Bapak atas informasinya”. Dalam acara formal maupun informal pun kata ini tidak luput diucapkan oleh pembawa acara. “Terima kasih atas sambutan yang hangat dari ....” “Terima kasih atas perhatian Saudara-Saudari...” Dan masih banyak lagi contohnya. 
Yang membuat kata ini bertahta adalah, walau paling mudah diucapkan ya, tetapi juga paling suka lupa diucapkan #nahloh Apa yang membuat kita sering lupa mengucapkan kata ini? Lagi-lagi alasan klasiknya adalah kita kurang menghargai pemberian dari orang lain, entah itu wujudnya barang atau yang bukan barang (misal sebuah pertolongan, informasi, ilmu, dkk). Hal ini jika dibiarkan terus-menerus juga nggak baik. Nggak baiknya kenapa? Karena ya bisa juga yang memberi pada kita itu merasa kurang dihargai. Ada loh orang yang seperti itu. Bukannya mereka mengharap imbalan dari kita yang telah diberi. Tapi, alangkah baiknya kita itu menghargai upaya mereka, pemberian mereka. Kita nggak tau loh sebelum mereka memberi kita usaha-usaha apa yang mereka lakukan. Misal kamu minta tolong ke temenmu untuk memperbaiki barangmu yang rusak (karena kamu nggak tahu sama sekali cara ngebenerinnya, bukan modus ya). Temenmu itu berusaha semaksimal mungkin memperbaiki barangmu itu, tanpa kamu tahu usahanya apa saja. Lalu setelah barangmu itu pulih, sudah tidak rusak, kamu dengan enaknya tidak mengucapkan “Terima Kasih”. Kurang ajar nggak itu? Kalo saya jadi temenmu, saya nggak mau bantu kamu lagi #juahatbanget Udah intinya gitu, jangan lupa bilang “Terima kasih” kalo udah dikasih sesuatu sama orang lain yaa...
Sebenarnya, dari 3 kata ini dapat kita lihat tingkat kepedulian sosial seseorang terhadap orang lain di sekitarnya. Semakin mudah kata-kata tersebut diucapkan oleh seseorang, semakin tinggi juga kepedulian sosial mereka kepada orang di sekitarnya. Saya sangat salut sih dengan orang yang sudah terbiasa mengucapkan kata-kata ini, tiada gengsi dan niatnya untuk menghargai orang lain, tidak lebih. Kalo mau seperti itu ya, kita hanya perlu membiasakan diri untuk mengucapkan kata-kata tersebut. Iya, hanya perlu pembiasaan diri. Jika kamu ingin dihargai orang lain, maka cobalah untuk menghargai orang lain. Yuk temen-temen, mulai dari sekarang (setelah membaca tulisan saya yang kurang sempurna ini) kita membiasakan diri untuk mengucapkan 3 kata yang bertahta ini. Hidup kita akan senang jika lingkungan sekitar kita damai dan tentram, bukan? :)


Powered by Blogger.