Assalamualaikum temen-temen!! Salam kenal dan salam sejahtera buat kalian yang baru pertama kali singgah di berandaku!

Beberapa hari yang lalu saya abis nonton film Indonesia bergenre drama-romance gitu. Wedding Agreement judulnya. Pada kesempatan kali ini, saya tidak sedang mengulas filmnya. Yang mau saya bahas adalah karakter dari salah satu tokohnya. Tapi, tidak ada salahnya juga jika saya menilai sedikit film ini ya wkwkwk.

Jika saya menilai dari 1-10, saya beri nilai 8,5 untuk film ini. Alur ceritanya runtut. Sutradaranya pandai membuat jalan ceritanya menarik, menguras emosi penontonnya. Film ini diadaptasi dari sebuah novel dimana novel tersebut ternyata diangkat dari cerita di wattpad.

Para pemeran utamanya punya karakter yang kuat. Begitu jelas terlihat bagaimana sifatnya si Bian, Tari, dan Sarah dalam film ini. Mungkin bagi kaum perempuan, pemeran favoritnya adalah Tari. Tapi emang bener sih. Si Tari berhasil banget jadi figur wanita yang penyabar, smart, paham ilmu agama, berjiwa sosial tinggi, menyenangkan, dan memprioritaskan keluarga di atas segala-galanya. Sangat sempurna tak bercela. Intinya, dia berhasil merepresentasikan istri sholehah yang idaman. Kalo karakternya Sarah, ini udah jelas banget sih. Sejak liat trailernya aja pasti temen-temen udah nggak bisa memaafkan perbuatannya. Bian yang diperankan oleh aktor muda Refal Hady pun punya karakter dan kharisma yang cukup menarik. Walau awalnya dia begitu brengsek, tapi endingnya.... silakan tonton sendiri untuk mengetahui karakter si Bian wkwkwk.

Dua hari setelah menonton filmnya, saya baru membaca novelnya wkwkwk. Biasanya kan kalo sudah diangkat menjadi sebuah film, ada bagian yang ditambah atau dikurangi. Rasa kekepoan saya terhadap cerita originalnya pun muncul. Akhirnya setelah menoton filmnya, segera saya membaca novelnya.

Menurut saya, cerita dalam novel lebih complicated. Bahkan, bagian-bagian manisnya lebih banyak hehe. Walaupun demikian, alur cerita dalam novel tetap terangkum sempurna di filmnya. Dalam artian, seluruh bagian yang mendukung agar ceritanya hidup tetap ada dalam filmnya.   

Untuk film ini, saya belum sampai pada tahap nangis sesenggukan saat menontonnya. Mungkin karena saya dari awal berasumsi, “Jelas tidak ada wanita sesabar Tari (tokoh utama perempuan)”. Tidak ada? Benarkah? Sehari setelah menonton film ini pun, masih ada pertanyaan di pikiran saya. Ada nggak sih sebenernya wanita sesabar Tari?

Sehari setelah nonton film Wedding Agreement, saya sempat mendengarkan kajian dari Ustadz Salim A. Fillah (diselenggarakan oleh komunitas Majelis Gaul-Jember). “Perempuan yang dimuliakan oleh Allah dalam Al-Qur’an ada dua. Yang pertama Siti Maryam dengan kesholehannya beliau menjadi wanita paling suci karena dapat mengandung dan melahirkan tanpa ada campur tangan peran laki-laki (Selengkapnya bisa dibaca disini) Kemudian yang kedua adalah Asiyah binti Muzahim, istri dari Raja Fir’aun, raja yang punya akhlak tidak terpuji. Bagaimana jika para akhwat ingin mulia di hadapan Allah? Jadilah seperti salah satu di antara keduanya.” tanya Ustadz Salim A. Fillah di akhir kalimat yang membuat gemuruh tawa dari para jamaah. Sempat terlintas dalam pikiran saya, “Istri dari Raja Fir’aun yaa.. uhhmm...”

Sepertinya ujian Asiyah sebagai istri Raja Fir’aun berat ya. Istri dari seorang raja yang paling bengis pada zamannya. Paras Asiyah yang cantik dan luhur budi pekertinya lah yang membuat Fir’aun ingin mempersuntingnya. Di awal pernikahan, seperti pasangan suami-istri yang baru menikah, Fir’aun begitu memanjakan istrinya. Segala yang diminta pasti dituruti, termasuk untuk memperbolehkan mengasuh anak laki-laki yang ditemukannya di Sungai Nill (Nabi Musa AS)

Lambat laun, Asiyah merasakan ada yang salah dari suaminya. Kebijakan-kebijakan yang dibuat oleh suaminya saat itu sudah tidak sesuai koridor aqidah yang ia yakini. Puncaknya ialah saat Fir’aun mewajibkan rakyatnya untuk menyembah dirinya. Jika tidak, maka konsekuensinya adalah orang tersebut akan disiksa bahkan hingga dibunuh. Naudzubillah kejinya..

Diam-diam Asiyah tetap mempertahankan aqidahnya. Ia sangat enggan menyembah suaminya sendiri karena ia yakin jika perbuatan suaminya adalah salah. Tuhan yang patut disembah hanya Allah ‘Azza wa Jalla. Dengan sabar dan penuh ketaatannya, ia tetap menjadi istri dari Fir’aun.

Bagaimana bisa seorang perempuan tahan dan kuat dengan perlakuan suaminya terhadap orang lain yang begitu kejamnya? Jika bukan karena kesabarannya yang begitu luas dan ketauhidannya yang begitu teguh, mungkin ia sudah turut menyembah suaminya. Disaat perempuan pada umumnya menginginkan pasangan yang mulia akhlaknya, Asiyah sendiri bertahan dengan perilaku keji suaminya.

Ketika Fir’aun mengerti bahwa istrinya tidak menyembah dirinya, ia membawa istrinya untuk disiksa. Diikatnya ia dengan empat besi untuk kedua tangan dan kakinya. Tubuhnya ditelentangkan di atas panas teriknya matahari. Wajahnya pun didongakkan ke atas mengarah pada langit. Saat Asiyah ditinggalkan oleh algojo Fir’aun, pertolongan dari Allah pun datang. Ada awan yang menaunginya hingga ia tidak merasakan panas sama sekali. Asiyah pun berdoa, “Ya Rabbku, bangunlah untukku sebuah rumah di sisiMu dalam surga dan selamatkanlah aku dari Fir’aun dan perbuatannya dan selamatkanlah aku dari kaum yang zhalim”. Doa ini diabadikan dalam Q.S. At-Tahrim ayat 11. Bacalah bagaimana doanya, Asiyah ingin dibagunkan surga di sisi Allah. Begitu dekat dengan Allah. Terlalu cintanya ia pada Rabb-Nya hingga doanya pun seperti itu.

Atas izin kebesaran Allah, saat disiksa pun Asiyah masih bisa tersenyum. Ia memandang ke arah langit terdapat sebuah rumah yang indah yang dibangun untuknya di surga. Inilah janji Allah untuknya atas kesabarannya. Saat Fir’aun mempertanyakan keyakinannya, Asiyah tetap menjawab ia mengimani Allah ‘Azza wa Jalla, bukan suaminya. Siksaan lebih kejam lagi. Namun, dia tidak merasakannya karen ruhnya sudah terangkat ke alam surga sana.

Asiyah dianggap meninggal dalam keadaan syahid. MasyaAllah. Ujian yang Allah beri merupakan bentuk kasih sayang dari Allah untuk hamba-Nya. Ia ingin dekat dengan hamba-Nya. Derita yang dialami, tidak akan terasa bila kita yakin bahwa pertolongan dari Allah begitu dekat pada kita. Pun sama seperti yang dirasakan Asiyah. Ia yakin bahwa Allah akan melindungi hamba-Nya yang mau bersabar dan teguh pada tauhidnya.

Kesimpulannya, ternyata ada sosok wanita berkarakter seperti Tari di dunia nyata. Bahkan sabarnya lebih luas dan ujian yang diberikan untuknya lebih berat. Ialah Asiyah binti Muzahim. Beliau telah ada sejak zaman kenabian Nabi Musa AS. Memang tidak bisa dibandingkan antara tokoh fiksi Btari Hapsari dan Asiyah. Mereka berada di zaman yang berbeda dengan porsi ujian yang berbeda pula. Namun, dari dua tokoh ini kita dapat mengambil pelajaran, sabar dan dapat melawan hawa nafsu (sendiri dan orang lain) merupakan perilaku yang harus dimiliki.

Mari temen-temen kita saling memperbaiki diri. Ilmu sabar itu membutuhkan proses, tidak bisa serta-merta. Jadikan Asiyah teladan bagi kita atas bentuk kesabaran dalam menghadapi segala ujian dan ketaatannya pada Allah Subhanahu Wa Ta’ala. Belajar dari sekarang yuk sebelum terlambat. Semoga kita selalu punya kesempatan menjadi hamba Allah yang dicinta dengan perangai baiknya, aamiiin...

Bagi temen-temen yang belum nonton film dan baca novelnya, ayo disegerakan. Banyak sekali moral value yang dapat kita ambil dalam alur ceritanya. Dijamin tidak akan menyesal. Bukan promosi, cuma ingin mengajak kalian untuk senyum-sedih di waktu yang bersamaan, haha


Assalamualaikum temen-temen!! Salam kenal dan salam sejahtera buat kalian yang baru pertama kali singgah di berandaku!

Kali ini saya mau berbagi sedikit cerita. Oke, kalo ternyata banyak cerita, mohon dimaapkeun yaa... Langsung aja deh, silakan dibaca ^-^

Cerita ini bermula saat saya ditinggal untuk beberapa waktu oleh ayah dan ibu pergi menunaikan rukun islam yang ke lima. Iya betul, naik haji. Sebelumnya, saya belum pernah berpisah dari orang tua selama 40 hari an. Paling pol ya 10 hari. Mohon maklum ya, saya kuliah di kampung halaman. Ngekostnya di rumah orang tua. Jadi alhamdulillah setiap hari ya ketemu.

Banyak hal yang harus dipersiapkan oleh kedua orang tua saya. Mulai dari prepare barang yang harus dibawa, manasik haji, rajin berolahraga biar disana ndak kaget kakinya kalo jalan jauh, dan lain sebagainya. Persiapan yang lainnya adalah menyiapkan pasokan dana untuk anaknya yang akan ditinggalkan sebatang kara selama 40 hari (oke ini hiperbola). Sebelum berangkat, ibu hanya memberi saya uang yang jika diestimasikan mungkin akan habis 7 hari untuk kebutuhanku. Kebutuhan yang dimaksud diantaranya: makan, minum, uang bensin. Terus setelah 7 hari ke depan bagaimana? Mau ditransfer saja katanya.

“Oh ditransfer ke rekeningku ya.” Dan disini masalahnya bermula. SAYA TIDAK HAFAL NOMOR REKENING SAYA SENDIRI. Saya pernah mencatat nomor rekening saya di HP. Loh HPnya kan hilang :’) (untuk cerita sambat HP yang hilang, insyaAllah soon wkwkwk) Lanjut, jujur saja, saya sendiri jarang untuk melakukan transaksi online. Di samping tidak begitu suka beli-beli dan kirim duit, uang dari ayah dan ibu selalu diberikan secara kontan. Jadi yaa.. begitu lah (Tapi setelah kejadian ini, untuk mempermudah laju transaksi ekonomi di kehidupan saya, saya berwacana untuk menggunakan m-banking)

“Oh iya, di buku tabungan kan nyantumin nomor rekening” Mencarilah saya dimana buku tabungan itu berada. Seingat saya, saya meletakkannya di kamar. Setelah saya telusur dan telisik, loh kok nggak ada? Sekitar 3hari an kamar ini saya pantau. Kok ya tidak ada tanda-tanda buku tabungan itu memperlihatkan pesonanya. Saya mulai menyerah untuk mencarinya. Harusnya sih ada ya, kesingsal ini sepertinya :’) (YA AMPUN AMAL APA SIH YANG NGGAK ILANG. HP ILANG, BUKU TABUNGAN ILANG. LALI PISAN NDELEH E NANGDI)

Saya mulai putus asa. Menggerutui diri sendiri yang begitu pelupa dan kurang primpen ini. Astaghfirullah astaghfirullah.. Saya harus bertanggungjawab atas kejadiaan yang tidak diharapkan ini (YA IYALAH WOY). Akhirnya, saya memutuskan untuk MEMBUAT BUKU TABUNGAN BARU. Bagi temen-temen yang punya masalah seperti di atas (iya buku tabungannya hilang), mari disimak berikut langkah dan tipsnya:

Pertama, pergi ke kantor polisi untuk membuat bukti surat kehilangan. Kantor polisi yang direkomenadikan adalah Kantor POLSEK (Kepolisian Negara Republik Indonesia Sektor). Kantor polseknya usahakan juga yang terdekat dengan pembuatan buku tabungannya dulu. Hal ini dimaksudkan bisa riwa-riwinya itu nggak terlalu jauh ntar, hehe.

Kenapa kok tidak di Kantor POLRES (Kepolisian Negara Republik Indonesia Resort) saja? Alasannya adalah karena lebih jauh dari bank saat saya membuat buku tabungan. Kalo ada yang dekat dan bisa, kenapa mau-maunya pergi ke yang jauh? Alasan keduanya karena (biasanya) Polsek lebih sepi dari pada Polres. Kalo sepi pasti akan lebih cepat mengurusnya. 

Tibanya di Kantor POLSEK, utarakan apa perasaan kita saat ini ke bapak/ ibu polisinya. “Pak/ Bu saya ingin mengurus bukti surat kehilangan. Saya kehilangan buku tabungan”.  Tunggu beberapa menit, pihak kepolisian akan membuatkan suratnya. Oh iya, jangan lupa mambawa fotocopy KTP. Fotocopy KTP tersebut diambil nantinya oleh pihak kepolisian. Semacam dijadikan bukti jaminan bahwa KTP atas nama si A ini pernah mengurus surat kehilangan berupa buku tabungan.

Di sela-sela pembuatan suratnya, kita akan ditanyai banyak hal oleh petugas. Seperti diinterogasi gitu. Kebetulan di Kantor Polsek tempat saya ngurus si bapak polisinya sedikit garang. Tapi tidak apa, saya paham tugas mereka memang seperti itu agar tidak ada yang berani macam-macam ke mereka :’) Butuh sekitar 15 menit saya mengurus surat kehilangannya, cukup cepat kan? Itu yang membuat lama masih diwawancarai sama beliaunya, huehehe. Setelahnya, kita akan diberikan satu lembar surat kehilangan yang nantinya lembaran tersebut diberikan pada pihak bank yang bersangkutan.

Kedua, Pergi ke bank yang bersangkutan. Yang dimaksud bank yang bersangkutan disini adalah bank saat kita membuka buku tabungan tersebut. Misal kita membuka buku tabungan di bank cabang A, kita mengurusnya jangan di bank pusat, begitu.... Parkirkan kendaraan kalian di tempat yang nyaman. Jangan asal markir karena kita nggak tahu akan berapa lama kita ngurus di dalam. Tergantung antrean, iya kan? Usai parkir, masuklah dan ambil nomor antrean untuk ke bagian customer service. Ingat, customer service ya bukan ke teller huehehe.

Saat itu saya mendapat nomor antrean 39 sedangkan yang dilayani saat itu masih nomor antrean 34. “Selisih 5 lagi”, pikir saya. Estimasi saya saat itu mungkin menunggu 30menitan. Ternyata dugaan saya salah. Lebih dari 45 menit saya belum dipanggil. Wajah saya sudah mulai lusuh wkwkwk untung di dalam ruangan berAC.

Tiba saatnya nomor antrean saya. Disambut hangat dengan berjabat tangan oleh mbak-mbak petugasnya yang begitu ramah. Setelah duduk, kita ditanya apa yang bisa si mbaknya bantu. Saya bilang kalo buku tabungan saya hilang dan berniat untuk membuat buku tabungan baru. Dengan menyerahkan bukti surat kehilangan yang dibuat tadi dan KTP asli nasabah (milik saya), si mbaknya dengan sigap langsung memproses. Tidak butuh waktu lama, sekitar 15 menit an buku tabungan yang baru sudah ada dalam genggaman saya, alhamdulillah yeay!!

Tips tambahan dari saya, usahakan ngurusnya dari pagi ya. Dan pada hari itu teman-teman bener-bener fokus ngurusin hal ini. Bisa kok diurus dalam satu hari. Bahkan setengah hari pun bisa. Memang harus sabarr yaa. Selain itu, teman-teman juga harus sedia KTP asli dan fotocopy nya ya. Pasti dua hal tersebut akan dibutuhkan.

Banyak hikmah yang bisa saya ambil atas kejadian ini (kejadian barang-barang saya yang hilang). Kebiasaan saya yang sedikit ceroboh dalam menyimpan barang-barang harus segera diubah. Iya, banyak sekali mudhorotnya dalam kehidupan saya. Bukan saja menyusahkan diri sendiri, pun meliputi orang lain.

Udahan dulu deh sambatan saya kali ini, semoga langkah dan tips di atas bisa bermanfaat bagi yang membacanya. Yang punya kebiasaan lalai dan ceroboh seperti saya, yuk kita perbaiki kebiasaan buruk kita. Jangan sampai karena ulah kita, orang lain yang terkena imbasnya. Mari lebih berhati-hati dan teliti!!

Powered by Blogger.