Banyak momen yang terlewat di tahun ini. Mungkin ini bukan aku saja yang merasa. Banyak dukanya, keluhnya, letihnya. Ya, kita merasakan hal yang sama. Ada pula yang berjuang mati-matian untuk menggapai inginnya, kemudian bahagia mendapat kesenangannya. Ini yang indah, yang tentunya dinanti oleh semua orang, “Harap yang menjadi nyata, kebahagiaan”. 

Januari, aktivitas masih berjalan seperti biasa. Sudah ada berita virus baru sedang tersebar di Wuhan-China. Asumsi tanpa berdasar, “Ah, gamungkin nyampe Indonesia. Palingan juga sebulan kelar disana.” Jujur sempat berpikir seperti itu. Masih jalan-jalan keluar kota, ketemu sama temen-temen, magang, nyusun kegiatan organisasi untuk satu tahun ke depan, dan masih banyak lagi hal menyenangkan yang dilakukan.

Di penghujung tahun ini, aku sempatkan bercerita tentang kisahku di tahun angka cantik ini (angka kembar=angka cantik). Oke, mari kita mulai dari cerita masa studi. Bagi mahasiswa angkatan 2017, tahun ini udah pasti dilabel sebagai mahasiswa tingkat akhir, dimana sudah punya 3 adek tingkat dan sedang maraknya muncul pertanyaan dari orang lain, “Kapan lulus?”. Pertanyaan yang tentu akan kita jawab dengan jawaban klasik versi kita masing-masing. Saat masih semester muda dulu (hiliih), yang ada di bayanganku saat menjadi mahasiswa tingkat akhir, kita akan menghadapi KKN dan skripsi. Seperti yang kita ketahui bersama, dari bulan Maret sampe sekarang pandemi Covid-19 belum berakhir. New normal membuat beberapa aktivitas kita butuh penyesuaian dengan kondisi. Wajib pakai masker, rajin mencuci tangan, jaga jarak, tidak berkumpul di keramaian, dan masih banyak anjuran lainnya.

Kegiatan di kampus juga dirubah sistemnya menjadi daring. Seminar berganti webinar. Zoom dan google meet menjadi sahabat mahasiswa tiap harinya. Pun ini juga berdampak pada sistem KKN dan skripsi bagi mahasiswa tingkat akhir. Daring semoaaa. Semula ekspektasi KKN akan hidup bersama teman-teman baru dari berbagai fakultas, di tempat terpencil, saling sambat dan bekerjasama menyusun program kerja buat desa. Ehh taunya berubah menjadi KKN mandiri di desa sendiri secara daring. Di rumah, depan laptop, dan pertanggungjawaban secara individu. Ini terjadi di bulan Juli-Agustus. Bener-bener pengalaman hectic. Yang harusnya program kerja digarap 10 orang, KKN kemarin hanya dikerjakan sendirian. Yaa walaupun konsepnya memang sudah berubah. Konsep yang dirancang pusat adalah konsep yang terbaik, yakini itu :D Dari KKN daring aku belajar, edit video itu susah wkwk. Jadi kalo jasa dari videographer dipatok harga cukup tinggi, wajar.. emang susah bund.

Satu hal yang terlewat, semester enam harusnya ada tiga mata kuliah praktik persidangan yang konon katanya, dapat membuat mahasiswa hukum sibuk, bingung membagi waktu, makan tak tentu, tidur tak teratur, memecahkan kasus posisi, nyusun berkas hingga larut malam, gladi untuk sidang semunya, pusing bukan main. Tapi karena pandemi, semua hal itu tidak terjadi. Sungguh malang nasib saya dan teman-teman karena tidak mendapat semua pengalaman berharga itu. Kami diharuskan untuk belajar sendiri untuk ilmu tersebut. Namun, syukurnya berujung pada penghargaan semester dengan indeks prestasi terbaik jatuh kepada “semester enam”, yeay. Presensi rajin, depan laptop tiap hari, ujian tulis, gadapet ilmu, itulah gambaran mahasiswa di saat pandemi Covid-19.

Memasuki semester tujuh, makin kentara lagi bahwa aku ini mahasiswa tingkat akhir. Sudah tidak ambil mata kuliah, yang ada hanya mempersiapkan tugas akhir yang bernama skripsweet. Makin mudah overthinking saat ditanya “Kapan sempro?” “Kapan sidang?” “Kapan lulus?”. Balas dengan senyuman aja. Temen-temen pasti udah berjuang yang terbaik, yakin banget. Memang perlu proses panjang dan sabar yang ekstra. Buat pejuang skripsweet, semangat. Semoga selalu dilancarkan dan dimudahkan segala urusannya! Problema skripsweet skip dulu ahh.

Oke selanjutnya ini cerita tentang kekhawatiranku terhadap virus jahat yang lagi viral sepanjang tahun ini. Sejujurnya, aku termasuk orang yang khawatir sangat sama virus ini. Bener-bener berkurang drastis intensitas ketemu banyak orang di tahun ini. Apalagi setelah lingkaran terdekat yang tertimpa musibah. Pengalaman ini juga yang bikin aku bener-bener mengurangi intensitas keluar.

Seluruh kegiatan memang tidak bisa dilakukan sepenuhnya di rumah. Mangkanya ada gagasan new normal, kegiatan seperti biasanya namun yang membedakan adalah kita harus bisa menyesuaikan dengan kondisi sekarang. Nggak keluar sama sekali dari rumah bukan hal yang baik sepenuhnya. Kita pasti perlu keluar rumah. Ada hal “penting” versi kita masing-masing untuk memutuskan pergi keluar rumah. Ada yang menganggap bertemu dengan teman atau keluarga besar itu hal penting, ke pasar ke mall itu penting, hadir kajian itu penting, nongki di luar itu penting, liburan melepas penat itu penting, dan masih banyak lagi. Ini tergantung keputusan dari diri kita masing-masing yang memandang suatu hal adalah hal “penting”. Nggak ada yang salah, standar kepentingan tiap orang memang berbeda, dan kita perlu saling memahami dan menghagai akan keputusan itu.

Ada satu hal lagi yang bikin aku pribadi memilih buat “Kalo gak penting-penting amat –versiku-, di rumah aja” adalah cerita dari Kak Ayu Kartika Dewi yang dinyatakan positif Covid-19. Padahal sejauh aku ngikutin instagramnya, Kak Ayu adalah orang yang patuh banget berdiam diri di rumah. Sampai pada akhirnya di penghujung tahun ini beliau ada kepentingan untuk keluar kota, dan entah bagaimana virus itu ada pada badannya. Cerita, tips, dan trick menarik selebihnya dapat teman-teman lihat di feed instagramnya @ayukartikadewi

Oke cerita virus jahatnya dicukupkan. Setiap manusia berkurang usianya tiap tahun. Rezeki, maut, dan jodoh sudah Allah tetapkan jauh hari sebelum kita dilahirkan. Tahun ini, ada beberapa teman yang sudah menggenapkan separuh agamanya. Turut senang, semoga teman-teman bisa membangun keluarga yang sakinah mawadah wa rahmah, aamiin. Bertemu jodoh dan maut bisa saja sangat dekat dengan kita bahkan bisa terjadi secara berdekatan, Namun, ada sedikit cerita pilu juga berkaitan dengan jodoh dan maut. Dari sosok yang membuat diri ini takzim karena perangainya. Tanggal 19 September ia menggenapkan separuh agamanya dengan menikahi perempuan yang disayanginya. Kemudian tanggal 7 November tiada yang menduga, Allah sangat sayang padanya dan ingin lebih dekat dengannya. Ialah Mas Rustam, alumni pengajar muda yang kukenal baru beberapa bulan. Kabar ketiadaannya membuat hati sangat berduka dan merasa kehilangan. Mas Rustam adalah sosok gambaran lelaki yang bijak, sholeh, dan inspiratif. Feed media sosialnya sangat bermanfaat untuk pengikut yang membacanya. Mungkin bukan aku saja yang menilai demikian. Bahkan keluarga, istri, dan teman-teman dekatnya pasti menilai lebih dari sekadar itu. Sedikit cerita awal mula saya kenal dengan Mas Rustam dapat dilihat di sini. Mohon doanya dari teman-teman yang membaca, semoga beliau tenang di sisi-Nya dan ditempatkan di derajat yang mulia, aamiin.

Tahun ini di tanggal 16 Desember, tidak terasa usia sudah mencapai 22 tahun. Nggak kerasa, kerasanya masih kek 18 tahun :’) Memasuki masa quarter life crisis kata orang-orang. 22 tahun, masih banyak hal yang belum dicoba. Masih sedikit pengalaman yang dilalui. Jadi bahan muhasabah diri untuk tahun-tahun berikutnya.

Oh iya, satu hal yang ingin kujadikan pengingat untuk diriku (dan mungkin dirimu juga) di 2021 bahkan untuk tahun-tahun selanjutnya juga, “Garis start dan finish tiap orang beda-beda ya. Jangan sering bandingin pencapaianmu dengan orang lain. Yuk fokus sama proses diri sendiri. Kasian jika dirimu ini dipaksa buat mencapai garis finish orang lain, garis startnya aja berbeda. Yuk semangat! Kurangin overthinking jugaa”

Inilah ceritaku di tahun 2020, hanya merasa ada bulan Januari, Agustus, dan Desember. Terima kasih tahun 2020, banyak pengalaman yang bisa diambil. Mari kita jadikan bahan pendewasaan diri. Mari kita persiapkan bekal untuk tahun 2021. Jangan menyesali apa yang sudah terjadi, karena akan sama halnya dengan mengharap bunga layu yang kembali merekah.

Yuk sama-sama berdoa, semoga kita sehat selalu, tetap jaga protokol kesehatan dimana pun kalian berada ya!


Powered by Blogger.