Pernah nggak sih kalian abis nonton film, keluar dari studionya nih, terus kalian ngerasa hati kalian penuh sama kebahagiaan, bener-bener sampe full, bahkan sampe hari ketiga setelah nonton filmnya loh?! Ini yang aku rasain setelah nonton film Ganjil Genap karya sutradara Bene Dion Rajaguguk. Film produksi MD Pictures ini merupakan adaptasi dari novel dengan judul yang sama karya Almira Bastari. Karena aku belum pernah baca novelnya, jadi saat nonton filmnya, aku nggak bawa ekspektasi yang gimana-gimana. Cuma bawa keyakinan, ini filmnya Bang Bene, udah pasti nggak mengecewakan. Dan setelah nonton film yang berdurasi sekitar 2 jam ini, my heart is so full!

Sinopsis

Delapan tahun lamanya, Gala (Clara Bernadeth) telah menjalin hubungan dengan Bara (Baskara Mahendra). Di hari anniversary yang ke-8, Bara memutuskan Gala dengan alasan yang nggak logis. Dalam kondisi rapuhnya, beruntungnya Gala masih punya dua sahabat yakni Nandi (Joshua Suherman) dan Sydney (Nadine Alexandra) yang sangat perhatian. Berbagai upaya sudah dilakukan oleh dua sahabatnya ini supaya Gala bisa melupakan Bara dan move on untuk mencari pria yang lebih baik. Upaya dan dukungan juga datang dari Mama Gala (Lydia Kandou) dan Papa Gala (Dede Yusuf) yang selalu dan bisa menghibur sang putri di tengah dilema dan kekalutannya itu. Saat proses move on, ternyata Gala dipertemukan dengan Mas Aiman (Oka Antara), pria mapan yang lebih dewasa darinya. Mulanya, Gala tampak ragu karena melihat gesture Mas Reno (Ario Wahab), sahabat Mas Aiman yang memperlihatkan bahwa seakan-akan mereka ini pasangan gay. Tapi hal tersebut cepat terbantahkan, hubungan antara Gala dan Mas Aiman mulai berjalan dan lagi, Gala meminta kepastian dari Mas Aiman yang ternyata masih belum berani untuk berkomitmen. “Kita coba jalani pelan-pelan dulu ya Gala...” di saat Gala mulai membuka hati pada Mas Aiman, Bara berusaha hadir kembali dan membujuk Gala untuk kembali padanya dan melanjutkan mimpi-mimpi mereka di masa lalu.

Bagi kalian yang penasaran, tonton aja filmnyaa dan boleh banget liat trailernya dulu niih disiniMenurut aku, trailernya bener-bener udah ngespotlight bagian-bagian inti yang ada di filmnya, dari awal hingga akhir Trailer yang kek gini nih ada plus minusnya sih. Plusnya, penonton jadi nggak clueless sama film yang mau ditonton. Minusnya, yaa udah agak ketebak alurnya bakal gimana karena udah terrepresentasi dengan jelas di trailernya.  

Oke, selanjutnya first impression dari aku setelah nonton film Ganjil Genap. First impression, di bagian awal penonton akan diajak untuk ngeliat recap hubungan Gala dan Bara dari tahun ke tahun, simbolisnya adalah tiap anniversary. Ini part yang paling gemes sih menurutku, plus ada transisi yang sangat apik! Color tone di bagian awal tuh oranye dan warna-warna cerah gitu, seakan film ini perlahan ngajak para penontonnya untuk turut bahagia melihat hubungan Bara dan Gala. Habis diajak bahagia seneng, hati berflower-flower, dengan cepat pula diruntuhkan sama si Bara :)

Fiktif yang Realistis

Isu yang dibawakan dalam film ini sejatinya mudah sekali ditemui dalam kehidupan sehari-hari dan di sekeliling kita. Misal, orang-orang yang takut atau belum siap akan komitmen, wanita yang meminta kepastian atas hubungannya dengan pasangan yang udah bertahun-tahun pacaran, putus dengan alasan nggak logis kemudian minta balikan, dilema dengan dua pilihan, dan masih banyak lagi. Plot-plot yang klise dan debateable ini yang menjadikan film ini tuh kek realistis aja terjadi. Dan dari situ juga penonton mudah untuk merasakan emosional dari para pemain.

Bara, Emang Boleh ya Se-redflag itu?

Saat menonton film ini, penonton akan diajak untuk sebel dan ingin menghujat si Bara. Terbukti, banyakkk sekali kata-kata umpatan yang keluar dari Gala dan dua sahabatnya saat mengetahui kelakuan “bangke”nya si Bara. Mutusin pacar di hari anniv ke-8 di parkiran mall pula! Parahnya lagi, si Gala dipesenin ojek online pulangnya. Beberapa scene yang nunjukin perspektif dari si Bara ini juga bisa menimbulkan perdebatan sih. Misal perspektif dia soal mantan di masa lalu, milih tempat makan waktu jalan berdua, dan masih banyak lagi..

Tapi, ke-redflag-an si Bara ini ternyata malah bikin si Gala banyak belajar dan makin ngebentuk pola pikir dia yang lebih dewasa. Aku menggarisbawahi banget waktu Gala bilang ke Mas Aiman alasan dia meminta kepastian dan ingin menikah adalah “karena aku udah selesai sama diri aku sendiri...” dari perspektif Gala, dia ngerasa udah nggak ada yang mau dia capai lagi, semua target atas dirinya sendiri udah selesai. Dan, ya apa lagi yang mau dia cari? Hanya tinggal hatinya yang masih ganjil dan butuh digenapkan. Clara Bernadeth as Gala menurutku udah sangat sukses meranin karakternya, big applause!

Jakartasentris, Kerasaa Banget!

Sebenernya, judul Ganjil Genap ini merepresentasikan bahwa kisah yang dibawakan akan sangat dekat dengan kehidupan di ibu kota. Operasi Ganjil Genap di beberapa titik di wilayah Jakarta ini selalu masuk ke dalam bagian cerita dan tersaji dengan cukup halus sih. Gala yang berkendara dengan plat nomor ganjil, selalu punya kisah dengan Bara ataupun Mas Aiman di saat pemberlakuan operasional bagi plat genap. “Bareng sama aku aja, kamu kan plat ganjil..” gedung-gedung tinggi ibu kota, vibes perkantoran yang diisi orang-orang yang workaholic, waah bener-bener bikin kerasa kalo ini emang kisan romansa dan dilema orang-orang ibu kota.

“Kamulah Satu-satunya”

Lagu yang dinyanyikan oleh Adrian Martadinata yang berjudul Kamulah Satu-satunya (cover lagu Dewa 19) ini bener-bener mewakilkan film ini. Sepertinya ini lagu favorit Gala banget sih. Dari jaman pacaran sama Bara lalu memulai hubungan dengan Mas Aiman pun, lagunya konsisten sama. TOP BANGET LAGUNYA UDAH ON REPEAT MULU NIH! Recommended untuk didengerin kapanpun, dimanapun, dan dengan siapapun! Nihh buat yang mau dengerin juga, klik disini yaaa! 

Mas Aiman Stand!

Soal pemilihan pemain, aku nggak pernah ragu sedikitpun ke Bang Bene. Selalu pas dan sesuai ekspektasi, apalagi Oka Antara a.k.a Mas Aiman (maap kalo ini penilaiannya bener-bener subjektif bangett wkwk). Coba kita bahas ya kenapa kok Mas Aiman ini cocok banget diperanin sama Oka Antara. Mas Aiman digambarkan sebagai seorang dokter gigi, usia matang (sekitar 35 keatas?), pria mapan dan bijaksana. Di film-film sebelumnya, Oka Antara juga sudah punya persona itu sih, misal di film Noktah Merah Perkawinan, Aruna dan Lidahnya, Gara-Gara Warisan. Bukan jadi hal yang susah sih untuk Oka Antara berperan sebagai Mas Aiman. Tapi, mungkin yang jadi agak PR adalah bagian komedinya ya karena ia juga belum terlalu sering dapet peran yang jenaka. Tapi, so far so good sih, dia udah maksimal banget aktingnya meskipun yaa ada beberapa bagian yang harusnya punya sense of comedy yang tinggi jadi terlihat kureng karena masih agak ketahan gitu mau ngelawaknya.

Bang Bene Selalu Petjaaahh!

Jujur, alasan aku nonton film ini sebenernya cuma dua. Satu, karena ada Oka Antara. Dua, karena sutradanya Bene Dion Rajagukguk. Dan di film ini, Bang Bene memang nunjukin kualitasnya sebagai salah satu sineas yang patut diperhitungkan. Dia berhasil membungkus kisah patah hati dengan bubuhan komedi yang masih masuk sama jalan ceritanya, tampak natural dan nggak lebay. Untuk aku pribadi, sisi humornya sangat ngena sih. Terima kasih Bang Awwe sekalu comedy consultant. Apalagi scene makan malam antara Gala, Mas Aiman, Nandi, dan Mas Reno itu gilaa sih sampe ketawa nangiss wkwk.

Selain transisi epic yang udah kuceritakan sebelumnya,  banyak sekali hal detail yang kalo diperhatikan ternyata punya makna tersendiri loh. Misal nih plat nomor Gala yang ganjil, sedangkan mobil Mas Aiman dan Bara plat genap. Seolah-olah ini menandakan bahwa dalam hubungan mereka, Gala yang menjadi karakter yang belum utuh dan harus disempurnakan. Entah itu digenapkan oleh Mas Aiman atau Bara.

Hal menarik lain yang nggak kalah epic lain adalah wardrobe pemain bener-bener Bang Bene perhatikan dengan detail. Coba deh liat sepanjang film, tiga pemeran utama ini punya warna masing-masing yang pas banget sama karakternya. Gala identik dengan warna kuning, dia ceria dan terlihat kuat. Tapi, saat dilanda sedih dan galau warna kuningnya juga sempat memudar. Bara dengan warna merah, terlihat SUNGGUH RED FLAG MEMANG! dan Mas Aiman warna biru, yang menunjukkan kedewasaan dan kebijaksanaan. Terus, kalo diperhatikan lagi, ketika Gala dan Bara masih bersama, warna outfit mereka didominasi oleh warna oranye (gabungan antara kuning dan merah), saat mereka putus, mereka kembali pada warnanya masing-masing. Terus, waktu Gala dan Mas Aiman dekat, warna outfit mereka dominan hijau (gabungan antara kuning dan biru). Warna oranye identik dengan menggebu-gebu, warna elegan yang menjanjikan, sedangkan warna hijau identik dengan kedamaian, berjiwa besar, dan penuh pertimbangan. Suka bangettt, sungguh filosofis dan brilian!

Oh iya, menjelang akhir ada mid-credit scene guys! Jujur waktu bagian akhir ini, hampir saja kumaki dan kecewa sama Bang Bene karena lah kok... kok gak tuntas?! Tapi ternyata ada mid-credit scene yang cukup menjawab sih di bagian endingnya. Jadii, kalo nonton harus sampe tuntas ya guys. Tungguin aja tuh creditnya, jangan keburu keluar dari studio! Terakhir, ku mau berterima kasih kepada Bang Bene serta kru film Ganjil Genap, takjub dan apresiasi setinggi-tingginya! Semoga nggak cepet turun layar, sayang bangett dilewatkan film sebagus ini. Salam Hormas Bang Bene! *ehh


Powered by Blogger.