Perpisahan adalah sebuah konsekuensi yang harus dilalui saat dua manusia sudah melalui fase bertemu. Tidak ada perpisahan yang tidak diawali oleh sebuah pertemuan. Dan, tidak semua orang bisa dengan mudahnya menerima konsekuensi tersebut. Alasannya tentu banyak dan beraneka macam, bisa dengan cara yang manis ataupun pahit.

Panduan Mempersiapkan Perpisahan Film karya Adriyanto Dewo yang diadaptasi dari buku yang berjudul Eminus Dolere (karya Arman Dhani, penerbit Buku Mojok) berusaha menguraikan konsekuensi itu dengan cara sederhana...

Sinopsis

Berawal dari dipertemukannya Bara (Daffa Wardhana) dengan Demi (Lutesha) di sebuah seminar kesenian yang berujung pada perbincangan hangat dan satu frekuensi. Hubungan mereka semakin dekat saat Demi yang ingin bertemu secara intens dengan Bara setiap ia berkunjung ke Jogja. Bara melihat hubungan yang seperti ini adalah hubungan yang akan mengarah pada satu komitmen hidup bersama. Namun, di sisi lain, Demi tidak merasakan hal yang sama. Ia tidak percaya komitmen dan menyebut pernikahan sebagai kehidupan berbisnis dan monopoli.

Bara merasa kebahagiaan yang mereka jalani tak bermakna lagi jika pada akhirnya perspektif mereka soal komitmen tidak bisa searah. Konflik dan perbedaan pendapat tidak bisa mereka hindari. Kompromi juga tidak ada. Dan di sinilah Bara mulai berkisah tentang kisah romansa pilunya perihal perpisahan dengan wanita manis yang pernah ia temui.

Alurnya terbagi ke dalam tiga babak, babak pertama bertemu, babak kedua bersama, dan babak ketiga berpisah. Ketiga babak ini memiliki warna cerita yang berbeda. Saat bertemu, Bara dan Demi seakan menjadi dua insan yang cocok untuk dipertemukan di waktu yang tepat. Saat bersama, mereka terlihat sangat bahagia. Demi yang selalu menyempatkan hadir untuk mengunjungi Bara ke Jogja, kemudian Bara yang senantiasa menunggu kedatangan Demi di stasiun. Demi yang menginap di rumah Bara dan meminjam baju milik Bara. Semua hal-hal menyenangkan bagi dua insan yang sedang jatuh cinta dan saling nyaman sudah mereka lalui semua.

Sampai pada akhirnya, saat mereka ke pameran kesenian dan Demi bertemu dengan teman lamanya. Ada suatu hal yang membuat Bara tidak nyaman dan mengarahkan pada mereka sebuah pertikaian hebat. Bagaimana mereka menyikapi konsekuensi yang harus mereka lalui karena arah tujuan yang berbeda? Tonton filmnya di platform Bioskop Online guys!

Antara Bara dan Demi

Dua tokoh ini digambarkan memiliki karakter dan sifat yang jauh berbeda. Dan di sini, saya mau mengapresiasi bahwa pengemasan tokoh dan karakternya TOP BGT! Sangat selaras dan masuk akal. Oke, mari kita mulai dengan tokoh Bara. Bagi saya, Bara ini seperti lelaki indie dan penyuka senja jaman sekarang. Tau kan gimana? Dari penampilannya aja udah keliatan, dia mengenakan pakaian yang simpel nggak mau ribet, sesuai sama kebutuhan dia aja gitu, nggak neko-neko.

Dan yang makin nguatin karakternya itu habbit dari si Bara ini juga, misal suka baca buku (suka ke pasar loak), menyendiri di kafe plus rutinitas memesan kopi yang sama, akrab dengan baristanya. Dan satu lagi yang paling ter-notice adalah, dia suka kucing!

Dari penampilan dan habbit, seharusnya udah tau dong ya kalo Bara ini introvert. Pertama, dia akan terbuka dengan orang yang ia percaya dan memang sefrekuensi. Kedua, dia bukan cowok yang tidak punya arah. Dia tau apa yang ingin dia lakukan dan ia merencanakan hal itu dengan matang. Ketiga, komitmen adalah puncak tertinggi yang harus ia dapatkan dari sebuah hubungan. Ya, dia selalu serius dalam menjalani sebuah hubungan.

Demi, adalah sosok wanita yang menyenangkan, bebas, atraktif, wawasannya luas, menarik. Dia extrovert yang memang betul bisa memanfaatkan energinya dengan baik. Dan ini juga yang bikin Bara jadi kepincut sama dia.

Tapi, di balik kekuatan energinya, dia juga punya sifat dimana mungkin bisa jadi dianggap sebagai sifat buruk bagi sebagian orang. Misalnya aja dia ini tipikal yang mudah bosan, tetiba bisa aja nge-switch off apa yang dia mau, memutuskan tanpa pikir panjang, kadang juga tidak bisa memilih apa yang ia mau lakukan. Dan, satu lagi hal yang membuat ia sangat berbeda dengan Bara adalah ia memiliki trust issue dengan sebuah komitmen.

Bagian yang “Good and Approved”

Bukan hal yang mudah mengankat film yang diadaptasi dari sebuah buku, utamanya buku dengan sekumpulan cerita yang saling terpisah. Pengemasannya cukup memuaskan. Perasaan Bara benar-benar nyata dan dapat dirasakan saat ia membacakan beberapa bait puisi (baca bait favorit saya di bagian bawah artikel). Satu hal lagi yang menarik, film ini diangkat dari POV pemeran laki-lakinya. Kayanya belum terlalu banyak film Indonesia yang diambil dari POV laki-laki yang tersakiti begini, hihi.

Film berlatar Jogja selalu punya nilai plus bagi saya. Entah kenapa, saya merasa bahwa cerita fiktif ini memang sangat cocok dengan latar tempat Jogja. Kalo lokasinya diganti di Bandung atau Malang, vibes nya pasti udah beda. Meskipun kafe, stasiun, dan pasar buku bekas adalah tempat-tempat yang sangat klise bagi cerita romansa kawula muda, tapi kalo latarnya di Jogja tetep juaraaakk!

Beberapa bulan ke belakang, dunia perfilman nyaris sering diwarnai dengan wajah Lutesha. The Big 4 jadi salah satu film yang membuat akting aktris ini tidak boleh dinilai kaleng-kaleng lagi. Dan difilm ini, Lutesha membuktikannya kembali. Panduan Mempersiapkan Perpisahan adalah film bergenre romance pertama baginya. Saat menonton film ini, kalian pasti akan merasa Lutesha tidak lagi bermain peran. Senatural itu! Mau sungkem dulu ke Lutesha, keren paraaahhh! *btw, suka banget waktu Demi make tas rajut ke acara pameran kesenian

Bagian yang “Nice Try”

Sebelum menonton film ini, saya tahu bahwa ini adalah film pertama bagi Daffa Wardhana. Saya sudah tidak meletakkan ekspektasi yang begitu tinggi saat menonton. Benar saja, Bara disini memang belum terlihat senatural Demi. Ada beberapa scene Bara yang terkesan masih tertahan dan nggak all out. Agak sedikit mengganggu, tapi bait-bait puisi yang dibacakan si Bara lumayan nge-cover kekurangan itu dan tetap bikin saya enjoy lagi nontonnya.

Durasi 1 jam 6 menit bagi saya terlalu singkat untuk menggabungkan beberapa cerita menjadi satu kesatuan yang utuh. Agak terlihat loncat-loncat dan di awal saya cukup bingung, karena alurnya juga maju-mundur. Dan penonton disini untungnya akan terbantukan dengan tone color hitam-putih yang menandakan si Bara lagi sedih dan flashback, kalo berwarna berarti si Bara lagi happy bersama Demi dan alurnya lagi present.

Satu lagi yang saya sesalkan, sepanjang film saya belum mendengar original sound track-nya :( padahal untuk genre romance anak indie dan senja gini harusnya wajib fardhu ‘ain ada lagunya sih, biar makin memorable aja gitu filmnya.

Kalo kalian nonton film ini niatnya untuk mencari jawaban bagaimana langkah-langkah mempersiapkan perpisahan, jangan harap kalian menemukan jawabannya. Bagi saya pribadi, sampai ending film pun saya belum mendapatkan panduan itu. Tapi, saya tetap bisa menikmati filmnya dan ambil value­-nya berdasarkan perspektif saya.

Perihal Perpisahan

Bara bukanlah satu-satunya lelaki yang pernah disakiti oleh perempuan yang ia sayangi. In real life, tentu ada Bara-Bara yang lain. Di luar sana, juga tentu ada para perempuan yang memiliki pemikiran layaknya Demi. Enggan menikah dan tidak percaya dengan komitmen. Hubungan Bara-Demi ini bisa memberi satu opsi dalam menyikapi hubungan dengan orang yang anti-komitmen. Apa jawabannya? Ya, berpisah. Opsi kedua, masih ada yang namanya kompromi. Tapi kalo Bara dan Demi bisa kompromi ya gabakal jadi film haha.

Makin kesini saya makin paham, menjalani sebuah hubungan sebenarnya tidak perlu rumit. Syarat sederhanya adalah toleransi dan kompromi. Jika salah satu tidak mau melakukannya, udah tau kan harus gimana? Teorinya sih singkat, padat, dan jelasnya. Menjalaninya tetap komplek kan hahaha. Semangat pejuang!

Perpisahan bukanlah akhir dari segalanya. Tinggal percaya aja bahwa akan ada pertemuan-pertemuan manis yang menanti di depan sana. Iya tau emang nggak mudah. Tapi mau kan berusaha lebih keras lagi?

Barang kali rinduku sudah lelah

Sudah mati dan menolak untuk kembali bernyawa

Kita adalah sepasang halaman buku yang dibuka terlambat

Saling menggenapkan tapi mustahil bersama

Aku ingin mencintaimu dengan keras kepala dan tanpa logika

Kamu adalah segala yang bernama surga sementara


Linknya disini nih buat yang pengen dengerin puisinya! 


Powered by Blogger.